Selasa, 19 Maret 2013

Asal Usul Sejarah Nama Indonesia

Apakah Anda mengaku berkebangsaan Indonesia ..?
Apakah bahasa Anda adalah bahasa Indonesia .. ?
Apakah tanah air Anda adalah Indonesia .. ?
Jika Anda menjawaa "YA" pada ketiga pertanyaan diatas, maka Anda wajib membaca artikel ini ..
Ya, judul artikelnya adalah Asal Usul Sejarah Nama Indonesia ..
Bagaimana mungkin seseorang tidak tau sejarah awal nama negaranya ..
Oleh karena itu saya berbagi informasi ini adalah dengan tujuan edukasi sesama rakyat Indonesia ..

Baiklah, simak penjelasannya dibawah ini ..
Catatan masa lalu menyebut kepulauan
di antara Indocina dan Australia
dengan aneka nama. Bangsa Tionghoa
menyebut kawasan ini sebagai Nan-hai
(“Kepulauan Laut Selatan”). Berbagai
catatan kuno bangsa India menamai
kepulauan ini Dwipantara (“Kepulauan
Tanah Seberang”), nama yang
diturunkan dari kata Sansekerta dwipa
(pulau) dan antara (luar, seberang).
Kisah Ramayana karya pujangga
Walmiki ,Sinta, istri Rama yang diculik
Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa
(“Pulau Emas”, diperkirakan Pulau
Sumatera sekarang) yang terletak di
Kepulauan Dwipantara.

Bangsa Arab menyebut wilayah
kepulauan itu sebagai Jaza’ir al-Jawi
(Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk
kemenyan, benzoe, berasal dari nama
bahasa Arab, luban jawi (“kemenyan
Jawa”), sebab para pedagang Arab
memperoleh kemenyan dari batang
pohon Styrax sumatrana yang dahulu
hanya tumbuh di Sumatera. Sampai hari
ini jemaah haji kita masih sering
dipanggil “orang Jawa” oleh orang
Arab, termasuk untuk orang Indonesia
dari luar Jawa sekali pun. Dalam bahasa
Arab juga dikenal nama-nama
Samathrah (Sumatera), Sholibis (Pulau
Sulawesi), dan Sundah (Sunda) yang
disebut kulluh Jawi (“semuanya Jawa”).
Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali
datang beranggapan bahwa Asia hanya
terdiri dari orang Arab, Persia, India,
dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah
yang terbentang luas antara Persia dan
Tiongkok semuanya adalah Hindia.
Jazirah Asia Selatan mereka sebut
“Hindia Muka” dan daratan Asia
Tenggara dinamai “Hindia Belakang”,
sementara kepulauan ini memperoleh
nama Kepulauan Hindia (Indische
Archipel, Indian Archipelago,
l’Archipel Indien) atau Hindia Timur
(Oost Indie, East Indies, Indes
Orientales). Nama lain yang kelak juga
dipakai adalah “Kepulauan
Melayu” (Maleische Archipel, Malay
Archipelago, l’Archipel Malais).

Unit politik yang berada di bawah
jajahan Belanda memiliki nama resmi
Nederlandsch-Indie (Hindia-Belanda).
Pemerintah pendudukan Jepang
1942-1945 memakai istilah To-Indo
(Hindia Timur) untuk menyebut wilayah
taklukannya di kepulauan ini.
Eduard Douwes Dekker (1820-1887),
yang dikenal dengan nama samaran
Multatuli, pernah memakai nama yang
spesifik untuk menyebutkan kepulauan
Indonesia, yaitu “Insulinde“, yang
artinya juga “Kepulauan Hindia” (dalam
bahasa Latin “insula” berarti pulau).
Nama “Insulinde” ini selanjutnya kurang
populer, walau pernah menjadi nama
surat kabar dan organisasi pergerakan
di awal abad ke-20.

Nama Indonesia

Pada tahun 1847 di Singapura terbit
sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal
of the Indian Archipelago and Eastern
Asia (JIAEA, “Jurnal Kepulauan Hindia
dan Asia Timur”)), yang dikelola oleh
James Richardson Logan (1819-1869),
seorang Skotlandia yang meraih sarjana
hukum dari Universitas Edinburgh.
Kemudian pada tahun 1849 seorang
ahli etnologi bangsa Inggris, George
Samuel Windsor Earl (1813-1865),
menggabungkan diri sebagai redaksi
majalah JIAEA.
Dalam JIAEA volume IV tahun 1850,
halaman 66-74, Earl menulis artikel On
the Leading Characteristics of the
Papuan, Australian and Malay-Polynesia
n Nations (“Pada Karakteristik
Terkemuka dari Bangsa-bangsa Papua,
Australia dan Melayu-Polinesia”).
Dalam artikelnya itu Earl menegaskan
bahwa sudah tiba saatnya bagi
penduduk Kepulauan Hindia atau
Kepulauan Melayu untuk memiliki nama
khas (a distinctive name), sebab nama
Hindia tidaklah tepat dan sering rancu
dengan penyebutan India yang lain.
Earl mengajukan dua pilihan nama:
Indunesia atau Malayunesia (“nesos”
dalam bahasa Yunani berarti “pulau”).
Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis
(diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dari
Bahasa Inggris):
“… Penduduk Kepulauan Hindia atau
Kepulauan Melayu masing-masing akan
menjadi “Orang Indunesia” atau “Orang
Malayunesia”“.
Earl sendiri menyatakan memilih nama
Malayunesia (Kepulauan Melayu)
daripada Indunesia (Kepulauan Hindia),
sebab Malayunesia sangat tepat untuk
ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa
juga digunakan untuk Ceylon (sebutan
Srilanka saat itu) dan Maldives (sebutan
asing untuk Kepulauan Maladewa). Earl
berpendapat juga bahwa bahasa
Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini.

Dalam tulisannya itu Earl memang
menggunakan istilah Malayunesia dan
tidak memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga,
halaman 252-347, James Richardson
Logan menulis artikel The Ethnology
of the Indian Archipelago (“Etnologi
dari Kepulauan Hindia”). Pada awal
tulisannya, Logan pun menyatakan
perlunya nama khas bagi kepulauan
tanah air kita, sebab istilah Indian
Archipelago (“Kepulauan Hindia”)
terlalu panjang dan membingungkan.
Logan kemudian memungut nama
Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf
u digantinya dengan huruf o agar
ucapannya lebih baik. Maka lahirlah
istilah Indonesia.
Untuk pertama kalinya kata Indonesia
muncul di dunia dengan tercetak pada
halaman 254 dalam tulisan Logan
(diterjemahkan ke Bahasa Indonesia):
“Mr Earl menyarankan istilah etnografi
“Indunesian”, tetapi menolaknya dan
mendukung “Malayunesian”. Saya lebih
suka istilah geografis murni “Indonesia”,
yang hanya sinonim yang lebih pendek
untuk Pulau-pulau Hindia atau Kepulauan
Hindia”
Ketika mengusulkan nama “Indonesia”
agaknya Logan tidak menyadari bahwa
di kemudian hari nama itu akan menjadi
nama resmi. Sejak saat itu Logan secara
konsisten menggunakan nama
“Indonesia” dalam tulisan-tulisan
ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian
istilah ini menyebar di kalangan para
ilmuwan bidang etnologi dan geografi.
Pada tahun 1884 guru besar etnologi
di Universitas Berlin yang bernama
Adolf Bastian (1826-1905)
menerbitkan buku Indonesien oder die
Inseln des Malayischen Archipel
(“Indonesia atau Pulau-pulau di
Kepulauan Melayu”) sebanyak lima
volume, yang memuat hasil
penelitiannya ketika mengembara di
kepulauan itu pada tahun 1864 sampai
1880. Buku Bastian inilah yang
memopulerkan istilah “Indonesia” di
kalangan sarjana Belanda, sehingga
sempat timbul anggapan bahwa istilah
“Indonesia” itu ciptaan Bastian.
Pendapat yang tidak benar itu, antara
lain tercantum dalam Encyclopedie
van Nederlandsch-Indiëtahun 1918.
Pada kenyataannya, Bastian mengambil
istilah “Indonesia” itu dari tulisan-
tulisan Logan.Pribumi yang mula-mula
menggunakan istilah “Indonesia” adalah
Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar
Dewantara). Ketika dibuang ke negeri
Belanda tahun 1913 ia mendirikan
sebuah biro pers dengan nama
Indonesische Pers-bureau.
Nama Indonesisch (pelafalan Belanda
untuk “Indonesia”) juga diperkenalkan
sebagai pengganti Indisch (“Hindia”)
oleh Prof Cornelis van Vollenhoven
(1917). Sejalan dengan itu, inlander
(“pribumi”) diganti dengan Indonesiër
(“orang Indonesia”).

Pada dasawarsa 1920-an, nama
“Indonesia” yang merupakan istilah
ilmiah dalam etnologi dan geografi itu
diambil alih oleh tokoh-tokoh
pergerakan kemerdekaan Indonesia,
sehingga nama “Indonesia” akhirnya
memiliki makna politis, yaitu identitas
suatu bangsa yang memperjuangkan
kemerdekaan. Sebagai akibatnya,
pemerintah Belanda mulai curiga dan
waspada terhadap pemakaian kata
ciptaan Logan itu.
Pada tahun 1922 atas inisiatif
Mohammad Hatta, seorang mahasiswa
Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi
Ekonomi) di Rotterdam, organisasi
pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri
Belanda (yang terbentuk tahun 1908
dengan nama Indische Vereeniging)
berubah nama menjadi Indonesische
Vereeniging atau Perhimpoenan
Indonesia. Majalah mereka, Hindia
Poetra, berganti nama menjadi
Indonesia Merdeka.Bung Hatta
menegaskan dalam tulisannya,
“Negara Indonesia Merdeka yang akan
datang (de toekomstige vrije
Indonesische staat) mustahil disebut
“Hindia-Belanda”. Juga tidak “Hindia”
saja, sebab dapat menimbulkan
kekeliruan dengan India yang asli. Bagi
kami nama Indonesia menyatakan suatu
tujuan politik (een politiek doel),
karena melambangkan dan mencita-
citakan suatu tanah air di masa depan,
dan untuk mewujudkannya tiap orang
Indonesia (Indonesiër) akan berusaha
dengan segala tenaga dan
kemampuannya.”

Di Indonesia Dr. Sutomo mendirikan
Indonesische Studie Club pada tahun
1924. Tahun itu juga Perserikatan
Komunis Hindia berganti nama menjadi
Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada
tahun 1925 Jong Islamieten Bond
membentuk kepanduan Nationaal
Indonesische Padvinderij (Natipij).
Itulah tiga organisasi di tanah air yang
mula-mula menggunakan nama
“Indonesia”. Akhirnya nama “Indonesia”
dinobatkan sebagai nama tanah air,
bangsa, dan bahasa pada Kerapatan
Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal
28 Oktober 1928, yang kini dikenal
dengan sebutan Sumpah Pemuda.
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang
anggota Volksraad (Dewan Rakyat;
parlemen Hindia-Belanda), Muhammad
Husni Thamrin, Wiwoho
Purbohadidjojo, dan Sutardjo
Kartohadikusumo, mengajukan mosi
kepada Pemerintah Belanda agar nama
Indonesië diresmikan sebagai pengganti
nama “Nederlandsch-Indie”.
Permohonan ini ditolak.
Dengan pendudukan Jepang pada
tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama
“Hindia-Belanda”. Pada tanggal 17
Agustus 1945, menyusul deklarasi
Proklamasi Kemerdekaan, lahirlah
Republik Indonesia.

Bagaimana guys .. ?
Apakah Anda sudah tau sejarah nama negara Indonesia ..?
Saya harap komentar Anda ..
Sekian dulu ya guys artikel kali ini, kita betemu di artikel berikutnya ..

Semoga bermanfaat ..
Salam damai ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Harap berkomentar dengan baik dan benar serta sesuai dengan artikel diatas ..